Kali ini saya akan berada di Bali selama hampir sebulan, dan akan mencoba menginap di beberapa hotel yang ingin saya coba sebelumnya. Salah satunya adalah Hotel Neo+ Legian yang berada tak jauh dari jalan legian. Memang area ini selalu menjadi tempat favorit saya untuk menginap. Tentunya selain lokasinya strategis, dekat kemana-mana, saya bisa mencoba banyak hal menyenangkan.
Perjalanan ke ke Bali kali ini dalam rangka liburan dan… pekerjaan. Memang sudah lama saya kangen dengan Bali. Saya rindu keseruannya, tempat ini selalu sukses memberikan banyak pengalaman baru, teman baru dan tidak ketinggalan tantangan baru. Buat saya, Bali tak pernah membosankan deh pokoknya.
Neo+ Legian adalah tujuan pertama saya setelah 15 jam naik sepeda motor dari Blitar. Iya, kali ini saya pergi ke Bali dengan sepeda motor, selain karena sudah lama banget saya tidak traveling dengan sepeda motor, kok rasanya saya lagi pengen menghirup asap dan debu jalanan. Karena saya menginap di Neo+ Legian selama 2 malam, jadi saya mau berbagi informasi mengenai hotel ini.
Siapa tahu ada yang lagi mencari referensi tempat menginap di Bali yang tidak jauh dari Jalan Legian, Jalan Poppies Lane dan Pantai Kuta. Pengalaman saya menginap di Neo+ Legian ini bisa dijadikan acuan deh. Nah, setelah menginap 2 malam di Hotel Neo+ Legian, berikut adalah beberapa hal dari Neo+ Legian yang saya sukai.
1. Restoran Neo+ Legian Sangat Nyaman Dan Cozy
Seharian bersantai di tepi kolam adalah salah satu kegiatan favorit ketika disini
Nggak banyak hotel yang punya restoran nyaman. Karena itu saya jarang berlama-lama di Hotel kalau lagi traveling. Lebih sering keliling untuk mengeksplor suatu tempat. Namun ketika di Neo+ Legian saya cenderung lebih banyak menikmati suasana hotel, terutama bersantai di restoran yang berada di tepi kolam renang.
Lihat harga kamar terbaru Hotel Neo+ Legian disini
Restoran yang nyaman dan cozy bisa menjadi nilai plus dari sebuah hotelFavorit saya disini Nasi Lemak! Kalian harus cobain kalau menginap disini!Masakan IGA bakar NEO+ Legian ini enak!Jangan lupa cobain desertnya
Memesan minuman dan bengong lama di tepi kolam Neo+ Hotel adalah kegiatan favorit saya selama disini. Apalagi setelah 15 jam berada di jalan, saya hanya ingin menikmati suasana hotel tanpa ada yang mengganggu. Jangan lupa juga mencoba beberapa menu makanan di restoran Neo+ Legian. Karena mereka mempunyai beberapa menu andalan. Yang paling saya suka sih menu Nasi Lemak mereka! Tertarik untuk mencoba?
2. Kamarnya Lega Dan Nyaman
Setelah perjalanan panjang, kamar yang lega adalah yang saya butuhkan
Kalau lagi ingin bersantai, saya paling malas mendapatkan kamar hotel yang kecil. Sudah capek, dapat kamar sesak, bikin makin stress saja. Makanya saya memilih menginap di Neo+ Legian yang memiliki kamar yang lega. Terlebih lagi, yang saya suka dari kamar saya di Neo+ Legian adalah, kamarnya menghadap kolam renang. Bikin makin seger saja bawaanya.
3. Tempat Parkirnya Cukup Luas, Gak Masalah Meski Bawa Mobil Sekalipun
Bawa mobil pun bisa kalau mengina di Neo+ Legian hotel ini
Ketika menginap di sekitar Legian, salah satu masalah utama yang paling sering saya temui adalah tempat parkirnya yang sempit. Terutama untuk yang membawa mobil. Namun Neo+ Legian ini memiliki parkiran untuk mobil yang menurut saya lumayan lega. Terus untuk yang membawa sepeda motor seperti saya, bisa parkir di dekat lobi! Jadi nggak perlu jauh kalau mau angkat tas samping yang terpasang di sepeda motor saya.
4. Menu Sarapan Pagi Bervariasi
Menu sarapan pagi di Neo+ Legian ini bervariasi, jadi bebas mau milih yang disuka
Mulai dari makanan ala barat sampai masakan Indonesia yang enak-enak ada di di menu sarapan pagi Neo+ Legian. Jadi ada banyak pilihan mau sarapan pagi apa saja disini. Kalau saya sih, nggak bisa makan banyak ketika sarapan pagi. Jadi kemarin waktu disini saya lebih memilih makanan ala western yang agak ringan.
5. Hotel Neo+ Legian Dekat Kemana-Mana
Hotel Neo+ Legian dekat kemana-mana, bahkan beberapa daya tarik utama area Kuta bisa dijangkau dengan jalan kaki
Ini sih yang bikin saya seneng menginap di area Legian itu. Mau kemana-mana gak terlalu jauh. Mau ke Bandara kurang dari 15 menit, ke Pantai Kuta jalan kaki bisa, mau nonton bioskop juga tinggal jalan ke Beachwalk Mall lewat Poppies Lane II. Mau dugem? Ehem, ada di ujung jalan, gak perlu mikirin macet karena tinggal jalan kaki. Bahkan mereka juga punya paket menginap+party di beberapa tempat hiburan malam di Legian yang akan di-launching beberapa saat lagi.
6. Kolam Renangnya Luas Dan Asik Untuk Berenang
Kolam renangnya asik untuk berenang
Kepanasan di Bali? Itulah alasannya kenapa kalau memilih tempat menginap di Bali itu usahakan di tempat yang punya kolam renang. Jadi kalau kepanasan tinggal nyemplung saja ke kolam renang. Asiknya, hotel ini punya kolam renang yang bikin betah untuk renang berlama-lama. Hayo siapa yang senang berenang? Bisa deh mampir kesini, kolamnya asik dan nyaman untuk berenang 🙂
Neo+ Legian
Telp: +62 361 8499666 Alamat: Jalan Troppozone No.8 Legian, Kuta, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361 Email: [email protected], website klik disini
Sembilan hari jelajah Maluku Utara? Bagaimana rasanya?
Tentu seru sekali, apalagi sudah lama sekali sebenarnya saya ingin berkunjung ke Maluku, terutama ke Ternate dan Jailolo.
Bahkan saya sempat ikutan lomba menulis blog yang hadiahnya diajak ke Jailolo.
Namun rejeki sepertinya belum berpihak kepada saya. Dua kali ikutan lomba, dua kali pula saya gagal memenangkannya.
Makanya saya merasa beruntung sekali ketika tahun 2017 ini saya kembali diajak untuk mengikuti acara #Terios7Wonders, jelajah Maluku Utara selama 9 hari dengan tema WonderfulMoluccas.
Itu artinya, saya akhirnya bisa juga mengunjungi Maluku Utara, termasuk Ternate dan Jailolo.
Malah, tak cuma dua tempat itu saja. Saya dapat bonus untuk menjelajahi Pulau Morotai dan Pulau Halmahera.
Ini berarti juga merupakan kali ketiga saya mengikuti rangkaian acara Terios 7 Wonders.
Yang pertama adalah: The Adventure Of Amazing Celebes Heritage! di tahun 2014, yang kedua Borneo Wild Adventure di tahun 2015.
Siapa yang menyangka di tahun 2017 ini ternyata tujuannya adalah jelajah Maluku Utara.
Seperti yang sebelum-sebelumnya, Terios 7 Wonders ini juga selalu mengunjungi destinasi yang mencakup eksplorasi budaya, sejarah, dan alam.
Makanya saya selalu bersemangat kalau diajak ikutan event ini.
Selalu bisa menemukan banyak pengalaman baru.
Akhirnya saya bisa menjelajah Maluku juga!
1. Jelajah Desa Penghasil Rempah Marikurubu
Ternate dan Tidore ini adalah nama daerah yang paling sering saya dengar ketika masih duduk di bangku sekolah.
Apalagi kalau bukan tentang rempah-rempah, salah satu primadona yang diperebutkan pada masa kolonialisme.
Rempah-rempah yang saya maksud disini adalah Cengkeh dan Pala. Bisa dibilang, pada waktu itu Cengkeh dan Pala ini sama berharganya dengan emas.
Untuk mengenal lebih dekat dengan rempah-rempah di Ternate saya dan tim Terios 7 Wonders lain berkunjung ke Desa Marikurubu.
Desa itu berada di kaki Gunung Gamalama, pada ketinggian sekitar 700 mdpl.
Desa ini menjadi spesial karena terdapat pohon cengkeh tertua yang sempat hidup disana.
Ibu ini sedang mencari Buah Pala di Desa Marikurubu.
Umurnya hingga ratusan tahun lho! Saya pun sempat kaget mengetahui fakta kalau ternyata pohon cengkeh itu umurnya bisa sampai ratusan tahun.
Coba siapa saja disini yang juga baru tahu kalau umur cengkeh itu bisa ratusan tahun?
Saya ngak bakal tau kalau gak ikutan acara jelajah Maluku Utara ini!
Meski awalnya saya kurang percaya, namun Pak Azis, pemandu kami meyakinkan kalau memang di Desa Marikurubu ini terdapat Cengkeh Afo yang umurnya 400 tahun lebih.
Ukurannya pun ternyata besar, hingga puluhan meter, dengan diameter hingga hampir 2 meter.
Sedihnya, Cengkeh Afo generasi pertama tadi ternyata sudah mati.
Meski sebelumnya, sekali panen bisa menghasilkan cengkeh hingga ratusan kilogram.
Siapa yang menyangka pohon cengkeh itu berukuran raksasa dan umurnya bisa sampai ratusan tahun! Btw, ini tempan seperjalanan jelajah Maluku Utara selama sembilan hari ya!
Selain Cengkeh, rempah yang dulu sangat dicari disini adalah Pala.
Lokasinya agak berada diatas, jadi saya harus trekking naik ke atas terlebih dahulu deh.
Karena pada jaman dulu kulkas belum ditemukan, Pala ini menjadi sangat penting dan dicari.
Kalau isi Buah Pala seperti ini ya.
Eh, sebentar apa hubungan buah Pala dengan Kulkas?
Iya, dulu Pala ini dimanfaatkan untuk pengawet makanan seperti daging biar gak basi.
Makanya sekarang Pala nggak dipakai lagi, karena sudah ada Kulkas.
Karena penasaran, kemarin saya juga sempat mencoba buah Pala.
Ternyata rasanya asem rada sepet terus ada rasa seperti Jahe ketika dikunyah.
Enak sih, terus abis makan bisa bikin badan jadi santai dan ngantuk.
2. Ikut Memancing Ikan Cakalang Secara Tradisional
Inilah kenapa saya selalu suka ikut acara ini. Karena pasti ada saja pengalaman baru dan unik yang bisa saya coba.
Untuk tema Wonderful Moluccas ini sendiri, ada bagian yang mengharuskan saya untuk bangun jam 2 pagi demi ikut nelayan setempat memancing ikan Cakalang di Laut Utara Ternate.
Melaut jam 2 pagi demi memancing ikan Cakalang bersama nelayan setempat
Awalnya saya sudah parno saja, takut kalau kapal untuk memancing nanti ukurannya kecil.
Ternyata, mereka memancing dengan kapal yang berukuran besar, saya jadi lega deh.
Sebelum mulai memancing, kapal harus bergerak dulu ke arah utara secara perlahan.
Setiap orang dengan sigap mengerjakan tugasnya masing-masing
Kira-kira setelah sekitar 3 jam perjalanan, kami baru sampai di tempat pemancingan ikan Cakalang tadi.
Ternyata disitu sudah ramai lho.
Saya hitung ada lebih dari 3 kapal besar, dan puluhan kapal kecil sudah mulai memancing disana.
Tanpa menunggu lama, para kru kapal nelayan mulai bekerja pada posisinya masing masing.
Dengan sigap mereka mengerjakan tugasnya karena tak mau kehilangan ikan buruan.
Dapat ikan Cakalang lumayan banyak!
Ada yang bergerak ke ujung kapal sambil membawa kail, ada yang mulai menyiapkan umpan.
Ada yang menyalakan mesin diesel untuk mengalirkan air ke laut. Entah maksudnya apa mengalirkan air ke laut ini.
Namun sepertinya berhubungan dengan umpan ikan cakalang.
Tak menunggu lama untuk melihat Ikan Cakalang yang tertangkap beterbangan dari depan.
Sempat kaget juga, saya kira mancing Ikan Cakalang ini bakalan pelan seperti layaknya mancing dilaut.
Ternyata hanya dalam hitungan menit mereka bisa mendapakan ikan.
Dan kalau sudah mulai susah mendapatkan ikan, kapal akan berpindah mencari lokasi yang terdapat banyak ikan.
3. Jelajah Maluku Utara, Explorasi Gua Raksasa Bokimoruru
Wonders ketiga selama kegiatan Jelajah Maluku Utara ini berada di Pulau Halmahera.
Lokasinya berada cukup jauh, sekitar 5 jam perjalanan dengan melewati jalanan rusak berat.
Kalau saja nggak pake Terios, pantat pasti sudah nggak rata ini.
Untungnya mobil yang saya tumpangi lumayan nyaman.
Jadi sampai di Desa Sagea dengan selamat tanpa kurang satu apapun.
Gua Bokimoruru ini gua raksasa yang belum dieksplorasi sepenuhnya
Gua Bokimoruru di Desa Sagea ini bisa dibilang salah satu tempat wisata tersembunyi yang menantang di Pulau Halmahera.
Soalnya untuk menuju Desa Sagea saja perjuangannya sudah luar biasa.
Ditambah lagi, untuk menuju ke mulut Gua Bokimoruru, saya harus melanjutkan dengan menyusuri sungai selama 30 menit dengan perahu Katinting.
Untuk informasi, Katinting ini adalah sebuah perahu kecil dengan mesin diesel kecil yang ditempelkan pada perahu.
Saking kecilnya, saya sempat ragu apakah bisa survive sampai ke mulut gua nanti.
Untung aliran air sungainya nggak terlalu deras.
Malah ada beberapa bagian sungai yang terlalu dangkal, sehingga sesekali saya harus turun agar perahu dapat melaju.
30 menit menyusuri sungai dengan perahu Katinting
Terios 7 Wonders wonderful moluccas kali ini memang penuh kejutan.
Gua Bokimoruru ini ternyata lebih besar dari dugaan saya.
Di dekat pintu masuknya, mengalir aliran sungai bawah tanah seperti salah satu gua di Filipina yang pernah saya kunjungi.
Saking besarnya, sampai sekarang Gua Bokimoruru ini masih misterius, karena belum pernah ada seorangpun yang berhasil menjelajahi sampai ujung.
4. Berburu Burung Bidadari di Taman Nasional Aketajawe Lolobata
Meskipun saya bilang berburu, namun bukan berburu dengan senapan atau senjata ya.
Maksud saya berburu disini adalah beburu foto dengan kamera kesayangan saya yang telah dipasang lensa 18-200 mm.
Blusukan ke hutan lagi demi berburu foto Burung Bidadari!
Burung Bidadari atau Semioptera Wallaci ini memang unik dan menarik untuk diabadikan dengan kamera.
Burung ini merupakan burung endemik Maluku yang ditemukan pertama kali pada tahun 1858 oleh Alfred Russel Wallace di Pulau Bacan, Maluku Utara.
Namun kemarin saya berburu foto Burung Bidadari ini di Taman Nasional Aketajawe Lolobata.
Ini sebenarnya rangkaian jelajah Maluku Utara yang paling saya tunggu! Saya suka birding soalnya.
Menyeberang sungai berarus deras seperti ini 6 kali!
Jangan ditanya bagaimana perjuangan saya untuk mendapatkan foto burung yang cantik dan suaranya cetar membahana ini.
Paling tidak selama perjalanan pulang pergi saya harus menyeberang sungai selama 6 kali.
Jatuh terguling 2 kali ditempat yang sama, blusukan masuk hutan tropis yang lembab, dan menaiki tangga tali rumah pohon pengamatan Burung Bidadari.
Harusnya saya bisa mendapatkan foto Burung Bidadari lebih jelas jika menggunakan lensa 400 mm
Whew, untuk si cantik ini bisa menghibur saya dengan suaranya yang merdu.
Selain itu saya juga bisa berhasil mendapatkan beberapa foto cantiknya, meski kurang maksimal.
Soalnya ternyata kalau mau mendapatkan foto yang jelas, paling tidak saya harus menggunakan lensa 400 mm, sementara lensa saya saja cuma 200 mm.
Hadeeh! Maklum pemula, salah equip itu sudah biasa~ hehee~
5. Melihat Sisa Pertahanan Jepang Pada Perang Dunia II Di Halmahera
Dari Taman Nasional Aketajawe Lolobata saya dan tim Terios 7 Wonders langsung menuju ke Wasile.
Memang ada apa sih di Wasile?
Dulu, pada waktu Perang Dunia II, Wasile ini pernah menjadi salah satu pusat pertahanan tentara Jepang di Maluku Utara.
Nah kemarin itu saya berkunjung kesana untuk melihat sisa bunker dan meriam pertahanan udara yang tersebar disana.
Tujuan pertama di Wasile adalah sebuah pantai landai yang ada disana.
Pada pandangan pertama, saya langsung teringat dengan Operasi Overlord, dan invansi di Normandia.
Kondisi pantai di Wasile ini landai, tempat yang cocok untuk pendaratan pasukan.
Melihat bunker senapan mesin dan pantai landai di depannya ini mengingatkan saya pada Invansi normandia
Sementara itu tak jauh di bibir pantai terdapat sisa bunker senapan mesin yang sudah tak terawat, berguna untuk mengamankan pantai dari invansi pasukan sekutu.
Beberapa masih terlihat utuh, ada juga yang sudah terbenam di dalam pasir pantai.
Yang pasti, pada hampir semua bunker terdapat tanda sisa tempakan peluru tajam.
Berada agak ketengah, dibawah rerimbunan semak-semak dan pohon kelapa yang menjulang tinggi juga terdapat sebuah bunker lagi.
Bedanya, ini bukan bunker senapan mesin untuk menahan pasukan infantri.
Jika dilihat dari strukturnya, ini adalah bunker penahan serangan udara.
Di sekitar Wasile banyak terdapat meriam pertahanan udara seperti ini
Setelah bertanya pada pemandu kami, ternyata tak jauh dari sini dulunya memang terdapat sebuah airstrip atau bandara kecil untuk pesawat tempur.
Makanya disana kemarin saya juga sempat menemui beberapa meriam anti pesawat yang sudah berada dalam kondisi rusak.
Katanya dulu disini ada puluhan, namun sebagian besar sudah hilang karena dijarah dan dijual ke tukang besi kiloan.
Sedih yah? Padahal kalau saja masih utuh, mungkin Wasile ini bisa menjadi salah satu museum hidup Perang Dunia II.
6. Mengunjungi Sasadu, Rumah Adat Suku Sahu Di Jailolo
Disambut dengan tarian Sara Dabi Dabi ketika baru datang
Akhirnya sampai Jailolo juga!
Salah satu tempat yang memang sudah lama ingin saya kunjungi kalau ada kesempatan jelajah Maluku Utara.
Terus terang, jalur darat menuju ke Jailolo ini jalanan paling berkelok-kelok yang pernah saya lewati.
Kalau saja mobilnya nggak nyaman, pasti saya sudah tepar di jalan.
Sesampainya di Sasadu, saya dan Tim Terios 7 Wonders langsung disambut dengan tarian Sara Dabi-Dabi yang dimainkan oleh adik-adik dari Desa Gamtala, Jailolo.
Tarian ini cukup unik, dengan gerakan sederhana yang menarik.
Selama menari, tarian diiringi oleh tabuhan alat musik tradisional berupa kentongan, gong dan tifa.
Akhirnya saya bisa menjelajah Maluku juga! Dibelakang saya adalah rumah adat Sasadu.
Baru setelah tarian selesai saya dan Tim Terios 7 Wonders dipersilahkan untuk mengunjungi Sasadu yang pada tiap lekukan arsitekturnya memiliki arti dan filosofi khusus.
Seperti misalnya atap rumah dibuat rendah agar ketika tamu masuk ke rumah adat membungkukkan kepalanya.
Hal itu dimaksudkan agar sang tamu menghormati sang tuan rumah.
7. Morotai, Pulau Terluar Indonesia Yang Berperan Penting Pada Perang Dunia Ke II
Siapa yang menyangka kalau pulau kecil ini ternyata memiliki peranana sangat penting dalam sejarah perang dunia.
Buat yang penasaran bagaimana detailnya, kalian bisa membaca di wikipedia tentang Battle Of Morotai.
Pada waktu itu, Morotai ini menjadi basis pertahanan militer sekutu, untuk menghadapi kekuatan pasukan Jepang yang terkonsentrasi di Pulau Halmahera.
Jelajah Maluku Utara sambil belajar sejarah perang dunia kedua. Di Morotai ini banyak terjadi peristiwa penting!
Selain itu, pulau ini juga memiliki peranan penting pada era kemerdekaan.
Pada masa ini, Pulau Morotai dimanfaatkan sebagai pangkalan terluar Indonesia yang dipersiapkan untuk penyerangan Belanda pada operasi pembebasan Irian Barat (sekarang Papua).
Karena itu, sekarang ini banyak terdapat tempat bersejarah seperti Museum Trikora yang berada di Desa Wawama dan ribuan artifak peninggalan Perang Dunia II yang tersebar disekitar Pulau Morotai. Bahkan disini juga terdapat museum perang dunia lho.
Artefak sisa perang dunia II banyak ditemukan di morotai
Jadi jangan heran kalau ada sebuah area dimana masih terdapat sisa peninggalan perang.
Artefak perang dunia seperti senapan, dog tag, morfin, mortar hingga peluru masih bisa ditemukan disini.
Bahkan kemarin dengan ditemani pemandu yang bernama Pak Mukhlis, saya merasakan langsung pengalaman berburu artifak Perang Dunia II di Morotai.
Traveling gratis ke Belitung? Sebelum saya bahas itu, saya akan share sesuatu dulu. Iya, Selama ini saya selalu ditodong banyak pertanyaan seperti:
“Kak, jalan terus, duitnya gak abis-abis nih!” Aslinya abis kok, makanya #TravelTerus buat cari duit. XD
“Kerjaannya apa sih kok bisa jalan terus?” Terus terang, saya selalu bingung kalau jelasin kerjaannya apa, yang jelas berhubungan dengan blog, digital marketing dan tentunya traveling. 🙂
Gara-gara dapat kesempatan traveling gratis ke Belitung, akhirnya main ke Negeri Laskar Pelangi lagi!
Tips agar bisa terus traveling ala saya, nanti kapan-kapan saya tulis dalam topik khusus, ya.
Doain saja mood nulis selalu datang dan punya banyak tenaga untuk menulis setelah maraton traveling.
Oke, dari sekian banyak pertanyaan yang saya terima, satu yang ingin saya tekankan.
Nggak ada yang namanya traveling gratis, semuanya perlu dibayar.
Hanya saja mungkin cara saya untuk membayar jalan-jalan sedikit berbeda.
Mulai dari kerja kantoran 9 to 5, juga menabung dan kemudian digunakan untuk traveling pernah saya lakuin.
Lalu, rajin nulis di blog selama hampir delapan tahun dan sesekali diajak family trip atau disponsori traveling.
Lalu, yang terakhir adalah menjajaki pekerjaan sebagai travel buddy atau travel guide dari salah satu trip organizer baru di Indonesia.
Selain menabung uang, saya juga rajin nabung poin (kepo deh?). Ya, saya selama ini tuh traveling pesan tiket pesawat atau hotel cuma lewat “si burung biru” alias Traveloka App.
Kenapa? Online Travel Agent ini punya program Loyalty Points yang diberikan hanya untuk member-nya.
Setiap pesan tiket maupun hotel, saya akan mendapatkan sejumlah poin yang akan terus bertambah kalau saya terus bertransaksi.
Semudah ini cara menukarkan Loyalty Points ke tiket pesawat! Jadi ini dong rahasia cara traveling gratis ke Belitung saya!
Lantas, apa hubungannya dengan jalan-jalan ke Belitung deh? Ada! Kali ini, saya bisa liburan ke Belitung (GRATIS) karena memanfaatkan poin yang ada di akun Traveloka App saya.
Pas dicek dan dihitung, cukup untuk beli tiket PP ke Belitung dan hotel dua hari satu malam.
Saya menukarkan 11.471 poin atau setara 1.147.100 Rupiah (1 poin = 100 Rupiah) untuk mendapatkan akomodasi tersebut. *gak mau rugi 😀
Inilah kenapa saya bikin akun dan sering pesan tiket atau hotel di Traveloka App, menguntungkan.
Tanpa sadar, tiba-tiba saja poin sudah terkumpul banyak dan cukup untuk mengunjungi salah satu destinasi yang lagi dikangenin, Belitung.
Buat kamu sudah bikin akun di Traveloka App, coba deh cek, sudah ada berapa poin ya terkumpul?
Kalau belum punya akun, bikin saja langsung, tinggal install kok.
Gangan ini adalah salah satu kuliner Belitung favorit saya
By the way, saya datang lagi ke Belitung. Terakhir kali berkunjung, saat bulan puasa tahun 2014.
Saya datang lagi karena kangen berat sama salah satu kuliner khasnya, gangan (sejenis sayuran kuah bersantan yang gurih).
Selain itu, saya juga mau mengunjungi destinasi wisata terbarunya, yaitu Pantai Panyabong dan Batu Baginde.
Pada kunjungan kali ini, tak banyak yang berubah dari Belitung.
Hanya saja, makin banyak penerbangan ke sini dan Bandara H.A.S. Hanandjoeddin banyak berbenah menjadi lebih kece.
Kali ini, saya memesan penginapan di dekat Bundaran Batu Satam, biar gampang kalau mau nongkrong di tempat ngopi favorit saya di Belitung, Warkop Ake.
Karena masih capek (paginya abis landing dari Bangkok), malam pertama di Belitung pun hanya saya saya habiskan untuk cari makan di sekitar Bundaran Batu Satam, lalu rebahan di penginapan sampai saya tertidur pulas.
Baru keesokan harinya saya bergegas ke Belitung Selatan dengan sepeda motor sewaan untuk mengunjungi tempat wisata baru yang sudah saya sebutkan di atas.
Sampai sekarang, jalanan sepi Belitung selalu menjadi favorit saya untuk berkendara sepeda motor.
Nyaris tak ada hambatan dari kedua arah, saya pun bebas melengang dengan kecepatan di atas 80 KM/jam.
Tak perlu lama untuk sampai ke tempat wisata pertama yaitu, Batu Baginde.
Berkendara di jalanan Belitung yang sepi seperti ini sangat menyenangkan. Bisa ngebut!
Menemukan petunjuk lokasi menuju Batu Baginde ini gampang-gampang susah, meskipun di tepi jalan ada petunjuk kecil bertuliskan “Welcome Dusun Batu Lubang” dan “Gunung Baginde”.
Untuk mempermudah, petunjuk lokasi ini bisa dicari dengan bantuan aplikasi Google Maps.
Cukup sulit mencari titik mula jalur trekking menuju puncak Batu Baginde. Setelah bolak balik tiga kali dan sekali bertanya pada penduduk lokal, saya baru menemukan jalur trekking tersebut.
Lokasi jalur trekking ke Puncak Batu Baginde ini, ternyata berada tak jauh dari jalanan utama, hanya sekitar 15 meter saja.
Namun karena papan petunjuknya tersembunyi di balik pepohonan, saya tidak mengetahuinya.
Untuk menuju Puncak Batu Baginde, saya perlu trekking selama sekitar 15 menit dengan jalur yang cukup menanjak.
Jadi, persiapkan stamina dan tenaga, juga jangan sampai salah kostum karena jalurnya lumayan terjal.
Bahkan pada salah satu bagian, saya harus naik dengan bantuan tangga dan tali, sementara ketika turun nantinya, saya akan menggunakan cara rappling.
Sandal dan high heels = BIG NO kalau kalian ingin mendaki Puncak Batu Baginde.
Namun untuk jalur trekking keseluruhan, pemula pun juga bisa mendaki gunung ini.
Kesempatan traveling gratis ke Belitung ini tak saya sia-siakan. Saya gunakan untuk menikmati pemandangan dari Puncak Batu Baginde!
Banyak yang menyebut tempat ini sebagai gunung dan mengenalnya dengan nama Gunung Baginde.
Namun sebenarnya kalau dilihat dengan seksama, ini sebenarnya adalah batuan granit raksasa seperti yang banyak bertebaran di beberapa pantai.
Hanya saja, yang di sini ukurannya sangat besar, bahkan mungkin salah satu yang terbesar di Belitung (perlu dikonfirmasikan lagi, ya).
Lokasinya juga berada tak jauh dari Pantai Penyabong, jadi kalau main ke sini bisa sekalian mampir ke pantai tersebut.
Bahkan ketika di Puncak Bukit Baginda, Pantai Panyabong bisa terlihat jelas.
Jadinya, untuk yang sudah bosan berfoto di Danau Kaolin, kalian punya tempat baru untuk berfoto!
Kalau sedikit lebih teliti, sebenarnya mudah banget menemukan tempat ini, semudah menukar Loyalty Points yang saya punya.
Tak bisa melewatkan ngopi di Warung Kopi Ake kalau ke Belitung!
Caranya, tinggal cari tiket pesawat atau pesan hotel seperti biasa dengan aplikasi mobile Traveloka, lalu saat mau bayar, pilih bagian pembayaran dengan ATM sampai terlihat tulisan “Redeem”. Tinggal klik, beres deh!
Lakukan terpisah untuk pemesanan tiket pesawat dan hotel. Gampang banget!
Cuma perlu diingat nih, Loyalty Points ini hanya berlaku satu tahun.
Pas sudah mendekati masa expired, mending dipakai buat diskon daripada hangus.
Sekarang, sudah tahu kan gimana tips traveling gratis ke Belitung saya kali ini?
Bukan klik bait ya, tapi kalau point kalian cukup, kalian bisa dapet tiket pesawat gratis ke destinasi impian dan tempat wisata yang lagi dikangenin atau penginapan gratis.
Pilih satu atau bahkan keduanya kalau poin cukup! Kalau sudah cukup, kalian kira-kira bakal tukar poin dengan tiket ke mana, nih?
Sesering-seringnya saya merencanakan traveling rame-rame, paling mentok ya cuma 4 – 6 orang saja maksimal.
Kalau nemenin traveling 13 orang dengan karakter dan kepribadian yang berbeda melintasi 3 negara? Hemm, sepertinya ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan!
Pernah sih jalan bareng 50 orang, tapi posisinya saya sebagai yang ditemenin bukan nemenin. Untung saja kali ini nggak banyak halangan berarti.
Traveling melewati tiga negara bareng 13 orang pun lancar jaya, pulang dengan selamat.
Lantas, gimana ceritanya kok saya bisa jalan bareng mereka tadi?
Jadi begini, entah darimana ceritanya pokoknya saya dapat kesempatan buat jadi travel buddy/tour leader dari salah satu trip organizer baru yang memiliki konsep trip budget.
Nah, kebetulan tanggalnya pas sama jadwal saya yang lagi kosong.
Jadilah saya niatin buat traveling lintas batas 3 Negara (Singapura – Malaysia – Thailand) dengan 13 orang yang belum saya kenal sebelumnya.
Kira-kira ini yang terjadi kalau jalan bareng 13 orang sekaligus. Dan ini masih setengahnya~
Awalnya sih dibilang cuma bakal ada 10 peserta saja, namun waktu briefing last minute, ternyata nambah sampai 13 orang!
Ditambah saya berarti jadi 14 orang! Sempet khawatir sih awalnya, gimana caranya bawa orang sebanyak itu, ditambah lagi harus traveling lintas 3 negara Asia Tenggara.
Yang bikin paling khawatir waktu lintas immigrasi sih. Takut ada yang kecantol saja, terus diinterogasi.
Bisa merubah jadwal yang sudah ada deh.
Tapi untungnya sampai akhir perjalanan, nggak ada satu masalah sedikitpun.
Malah saya juga dapat insight baru, plus bisa mengenalkan banyak pengalaman traveling yang baru kepada 13 orang tadi.
Yah, semoga sih ada banyak manfaat buat mereka juga ya.
Minimal abis ini berani jalan ke Luar Negeri sendiri.
Nah, sudah penasaran belum bagaimana pengalaman saya traveling bareng mereka?
Baca sampai selesai!
Janjian Di Bandara CGK, Terbang Dengan Pesawat Berbeda
Seperti yang diinformasikan sebelumnya, tempat meeting point keberangkatan traveling 3 negara (Singapura-Malaysia-Thailand) ini berada di Soekarno–Hatta International Airport terminal 2.
Tantangan pertama saya bawa 13 orang ternyata berawal sejak disini.
Karena ternyata kita berangkat dengan pesawat yang berbeda.
Nah lho! Awalnya sempet bingung gimana kumpulin ini orang-orang nantinya.
Untungnya jadwal keberangkatan gak jauh beda. Jadi target saya kemarin yang penting semua lolos immigrasi, dan sampe ke boarding gate dengan aman.
Disini saya sangat berterimakasih dengan yang namanya kemajuan teknologi komunikasi yang bernama whatsapp.
Jadi meski harus berangkat dengan pesawat yang berbeda, semuanya tetap aman dengan koordinasi dan monitoring melalui whatsapp.
Thankyou Zuck!
Entah bagaimana kalau yang namanya whatsapp ini belum ditemukan.
Mungkin mengkoordinasikan 13 orang akan ruwet dan kalang kabut.
Kloter pertama yang baru sampai di Singapura, istirahat sambil menunggu yang lainnya
Singkatnya, akhirnya semua berangkat ke Singapura sebagai negara tujuan pertama dengan lancar tanpa ada ada halangan satu apapun.
Penerbangan Jakarta – Singapura tak terasa lama.
Dan seperti biasanya, saya tak lupa memensan makanan favorit saya ketika naik Air Asia, Nasi Lemak!
Ada yang juga suka makan ini?
Negara Pertama: Singapura
Tantangan kedua saya adalah, mengumpulkan 13 orang dimana setengahnya mendarat di terminal berbeda di bandara super besar punya singapura, Changi International Airport.
Dalam kondisi seperti ini, prioritas saya adalah mengeluarkan 13 orang tadi melewati imigrasi dengan aman.
Baru setelahnya mencari tempat untuk bertemu. Meski agak lama karena imigrasi singapura berada pada jam sibuk, dan sempet nyasar, akhirnya berhasil juga mengumpulkan semuanya.
Langkah selanjutnya tentu langsung menuju hostel yang sudah dipesan sebelumnya.
Lokasi hostel kebetulan berada di area Bugis, berjarak sekitar 30 menit perjalanan yang bisa diakses dengan gampang menggunakan MRT.
Yang paling menyenangkan ketika traveling di Singapura adalah keluwesan naik transportasi umum.
Bisa dibilang ini juga salah satu atraksi tersendiri untuk yang baru pertama kali berkunjung ke Singapura.
Kebetulan beberapa peserta trip traveling 3 negara ini memang ada yang baru pertama kali ke Singapura.
Menikmati suasana malam hari Singapura, dalam perjalanan menuju Merlion Park
Pada perjalanan kali ini, saya dan peserta trip hanya akan berada selama satu malam.
Jadi begitu sampai di hostel, langsung menaruh barang bawaan, dilanjutkan dengan makan malam di food court terdekat, lalu kemudian country tour, mengunjungi beberapa tempat wisata di Singapura.
Perlu dicatat, salah satu tips makan murah dan banyak pilihan di Singapura adalah dengan makan di food court.
Harga makanan di food court yang ada di Singapura ini biasanya mulai dari SGD 2.
Meski biasanya ada yang bilang city tour, saya tetap nggak nyaman memakainya kalau di Singapura.
Mengingat ini adalah sebuah negara meski ukurannya tak lebih besar dari Jakarta. Jadilah saya menyebutnya dengan country tour saja.
Yang sudah pasti nggak bisa dilewatkan ketika di Singapura tentu mengunjungi Merlion Park!
Terutama untuk yang pertama kali datang ke sini.
Tahu nggak, selain Merlion Park, ini adalah ikon Singapura yang nggak bisa dilewatkan lho!
Lainnya baru mengunjungi tempat yang hits buat foto seperti Haj Lane, Botanical Garden kebun raya punya Singapura dan menghabiskan uang dengan berbelanja di Mustafa Center.
Tapi jangan salahkan saya kalau nyasar di Mustafa Center, karena saya yang sudah beberapa kali kesana aja masih bisa nyasar 😛
Lintas Batas Jalur Darat Singapura – Malaysia
Selesai menghabiskan shutter count kamera di Merlion Park dan Singapore Dollar di Mustafa Center, tujuan selanjutnya adalah lintas perbatasaan Singapura – Malaysia.
Ini adalah pengalaman yang menyenangkan untuk setiap traveler penyuka traveling jalur darat, termasuk saya.
Apalagi melewati salah satu perbatasan paling sibuk di Asia Tengara.
Perbatasan ini berada di Woodlands pada sisi Singapura, dan Johor Bahru pada sisi Malaysia.
Bersiap melewati perbatasan Singapura – Malaysia, menuju JB Sentral di Johor Bahru
Meski antrian imigrasi perbatasan ini selalu panjang, apalagi pada jam sibuk.
Tak sulit untuk melewatinya dengan niatan yang baik, dan dokumen yang lengkap.
Selain itu pilihan moda transportasi untuk lintas batas dari semua area di Singapura juga banyak.
Kebetulan rute saya kemarin adalah dengan cara naik MRT menuju Woodlands MRT Station – Naik Bus SMRT 950 – Jalan Kaki dari Imigrasi Johor Baru ke JB Sentral.
Kenapa ke JB Sentral? Soalnya kota tujuan selanjutnya adalah Kuala Lumpur.
Sementara itu untuk menuju ke Kuala Lumpur dari Singapura rute paling ekonomis adalah dari Johor Bahru, dari Terminal Larkin.
Terminal Larkin sendiri bisa dicapai dengan mudah dari JB Sentral tadi.
Sebenarnya bisa saja naik bus ke Kuala Lumpur langsung dari Singapura.
Namun perbedaan harganya terlalu jauh ( SGD 30++ dan MYR 35), dan ada resiko terhambat di imigrasi jika mungkin terjadi masalah.
Apalagi untuk yang bawa 13 orang seperti saya, lebih baik semuanya sudah lewat perbatasan dulu deh.
Negara Kedua, Kota Kedua: Kuala Lumpur, Malaysia
Sebenarnya moda transportasi favorit saya dari Johor Bahru menuju Kuala Lumpur adalah dengan kereta sleeper seperti yang pernah saya coba sebelumnya.
Sayangya, sekarang kereta sleeper dengan jadwal yang menyenangkan itu sudah tidak ada lagi sekarang.
Perjalanan dengan kereta dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur sekarang harus transit, dan itu agak sedikit merepotkan.
Karena itu pilihan paling menyenangkan dan cepat sekarang ini ya cuma naik Bus dari Terminal Larkin di Johor Bahru dengan tujuan Terminal Bersepadu Selatan yang berada di tepi Kota Kuala Lumpur.
Nantinya dari Terminal Bersepadu Selatan baru dilanjutkan dengan naik kereta ke KL Sentral.
Setelah sekian lama tidak mengunjungi KL Sentral ternyata ada banyak perubahan disini.
Seperti sekarang ini sudah ada loker seperti yang ada di stasiun Kyoto atau Tokyo di Jepang.
Sehingga untuk yang datang kepagian dan masih belum bisa cek in hotel, bisa taruh tas di loker yang ada di KL Sentral tadi.
Loker kecil RM 20, loker besar RM40.
Meski capek, semuanya tetap bersemangat! Ini sedang berada di Batu Caves!
Tapi tenang saja, loker kecil ini bisa muat sampe 3 daypack, dan loker besar bahkan bisa muat sampai 4 backpack 50 liter.
Jadi bisa patungan sewa lokernya deh.
Namun sedihnya, sekarang sudah tidak bisa lagi mandi di KL Sentral, karena kamar mandi yang bisa dimanfaatkan untuk mandi sudah di bongkar.
Jadi ya, skip mandi dulu sampe bisa cek in di hotel deh.
Tujuan pertama di Kuala Lumpur adalah mengunjungi Batu Caves.
Tempat ini adalah salah satu bukit kapur yang juga merupakan sebuah kuil umat hindu.
Tempat ini paling ramai dikunjungi ketika ada festival Thaipusam, namun jika main ke Kuala Lumpur, ini adalah salah satu tempat wisata yang di rekomendasikan dikunjungi.
Paling asik sih foto sama ratusan merpati yang memenuhi Batu Caves ini. Apalagi cara menuju ke tempat ini gampang banget.
Tinggal naik komuter dari KL Sentral menuju Stasiun Batu Caves yang merupakan salah satu stasiun pemberhentian terakhir.
Jangan lupa kulineran di Jalan Alor!
Selain mengunjungi Batu Caves, Pasar Seni di Kuala Lumpur juga tak luput dari kunjungan.
Terus yang tak boleh ketinggalan adalah berfoto di depan Petronas Twin Tower yang terkenal itu.
Untungnya, meski siang harinya hujan, malam hari cukup cerah untuk sekedar berburu foto keren.
Sebenarnya ada banyak hal seru di Genting Highland yang juga tak jauh dari Kuala Lumpur.
Tapi karena waktunya mepet, kita nggak pergi kesana.
O iya, cobain kuliner di Jalan Alor Bukit Bintang gak boleh banget dilewatkan.
Karena itu adalah salah satu pusat kuliner 24 jam di Kuala Lumpur.
Kebetulan kemarin hotel tempat menginap hanya berjarak 5 menit jalan kaki saja.
Jadi gak pake repot cari transportasi untuk ke Bukit Bintang.
Jalan kaki juga bikin makin sehat!
Bangkok, Thailand! Kota Terakhir Di Negara Ketiga!
Seharusnya sampai akhir perjalanan, semuanya adalah perjalanan lewat jalur darat.
Namun mengingat waktu tempuh dari Kuala Lumpur ke Bangkok lewat jalur darat itu hampir 24 jam, dan biayanya tak jauh beda dengan harga tiket pesawat Kuala Lumpur – Bangkok, jadilah diputuskan menuju ke Bangkok dengan terbang saja.
Menghemat waktu dan tenaga. Sayang kan capek duluan?
Padahal liburan ke Bangkok itu seru banget!
Jadi setelah juga menghabiskan semalam di Kuala Lumpur, akhirnya saya dan 13 orang peserta trip mendarat mulus di Bandara Don Mueang, di Bangkok.
Ibukota Thailand ini adalah kota yang kemacetannya tak jauh berbeda dengan Jakarta.
Meskipun pengendara di Bangkok ini sedikit lebih sopan.
Minimal, saya tidak pernah mendengar bunyi klakson kendaraan meski jalanan macet parah.
Paling parah, ketika pulang saya diantarkan driver lokal sana dengan melawan arus.
Gila sih itu, tapi seru! Hahaa!
Upacara 17-an dulu di Bangkok!Setelah melewati 3 perbatasan, sampe juga di negara ketiga!Naik perahu di Chao Phraya itu selalu seru!Inilah alasan kenapa saya selalu suka main ke Bangkok!
Meski semrawut, Bangkok ini adalah salah satu favorit saya dan tentunya buat sebagian besar wisatawan dari Indonesia.
Kalau buat saya, Bangkok ini jadi favorit karena street food dan street photography.
Kalau buat 13 peserta yang saya temani ke Bangkok kemarin, kayaknya belanja jadi yang paling favorit.
Terlihat jelas ketika pulang tas yang awalnya hanya satu buah sudah beranak pinak.
Namun kalau dilihat lebih dekat lagi, Bangkok ini nggak cuma yang saya sebutkan diatas.
Buat walking tour berkeliling kota dan mengunjungi kuil dengan arsitektur unik seperti Wat Pho, Wat Suthat dan Wat arun seperti kali ini juga asik.
Jangan lupa juga untuk menyusuri sunga Chao Phraya, dan mencicipi Durian Monthong disana.